Jumat, 12 Oktober 2018

Sahabat


(PC IMM Kota Bengkulu dan PC IMM B/S)

aku tak terbiasa menulis sebenarnya. Tapi tetapi kaliini berbeda, tak mau terima, memaksaku untuk menulis. Tulisan tak resmi, tak akademis, hanya menggambar sebuah kejujuran dari seorang yang “kotor”, jujur pada kenyataan, Indonesia, ah tentang apasih..?. Menulisku ini mewakili diriku saja, tak ingin mewakili yang lain, apalagi kelompok dia dan situ mereka atau siapalah.


Tentang masa harapan, masa depan, dan optimisme. Dibawah deru kalkulasi politik kawan dan lawan, yang sebenarnya semuanya adalah lawan, lawan mereka bukan lawanku, sebab aku ingin berdamai dengan semua, semua keadaan.


Ah, damai, kata yang tak populer dan terkesan biasa yang sebenarnya cenderung mitos atau fiksilah. Aku hanya ingin kembali menumbuhkan rindu. Rindu keadaan yang dulu. Seberat apa cobaan mendera, aku dan bangsaku tetap menyatu. Sebenarnya ini hanya soal waktu, kata mereka. Dan ada benarnya mungkin haha.


Sesekali aku mengajak menyederhanakan. Tanpa perebutan kekuasaan tanpa permusuhan. Sederhana hanyalah soal memberi orang waktu menyela, Menyela apa saja tentang situasi termasuk tulisan tak berkelas entah masuk golongan apa ini tulisan. Dan kita senyum, senyum selalu penuh sahabat. Aku tak ingin sungguh mukaku berkerut, melihat selaan kamu, Sungguh aku tak ingin ribut. Aku ingin selalu memahamimu, kalian. Bahkan aku tak ingin menyindirmu, meski hanya dalam hati.
Aku tak bersih-bersih amat. Hatiku juga ada benci, dengki dan iri. Namun aku tak mau menjadi orang lain aku adalah aku dan akan selamanya menjadi aku, dan kuusahakanbahwa tidak ada lawan melainkan kawan yang tak bersahabat, sahabat ya sekali lagi sahabat .
(diskusi bersama Komisioner KPU RI)


Keadaan ini sangat tak baik. Dan aku adalah kader terasing dan berbeda. Mestasbihkan diri sendiri dalam bentuknya. Tanpa persetujuan siapa-siapa. Dan ini mungkin yang dikatakan oleh kakanda/ayunda terdahulu ketika kalian tidak mau menerima realitas kamu akan menjadi sepi dan terasingkan, jangan pernah melawan arus kamu akan tergulung, ah Entah aku rasa aku sudah bersahabat dengan  dengan keterasingkan sepi bagiku mereka adalah sahabat ya sahabat mamen.
Aku ingin kita, kalian dan kamu semuanya menjadi sahabat. Manis bermuka dan berhati. Tanpa tendensi.



Peduliku beda kadar dan bentuk dengan pedulimu. Namun ini usaha kecil. Bukan UMKM.
Peduli adalah optimisku. Keadaan ini akan dan bisa membaik. Menuju pertemanan yang bersahabat..
Sebenarnya ini masalah realita yang tak gembira, mungkin seperti politik kita yang cenderung dramatis, oportunis yang kader kadernya sudah tak kritis malah ribut menjatuhkan yang beda pandangan.



Dan aku sudah mulai ragu apa aku kritis atau aku hanya bagian dari partisan dari salah satu partai yang cendrung menyalahkan, namun biarkan aku tetap seperti ini, bersahabat dengan siapa saja aku hanya ingin sahabat.


kondisi politik yang bersahabat, bersahabat dengan petani, bersahabat dengan pedagang, bersahabat dengan oposisi, bersahabat pemerintah, bersahat dengan orang orang terasing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Dan Istilah Dunia Kampus, Mahasiswa Baru Wajib Baca Part II

  Selamat ya akhirnya resmi menjadi mahasiswa baru tahun 2023, walaupun ada juga yang lulus putih abu abu nya tajun lalu atau dua tahun lalu...