(PC IMM Kota Bengkulu dan PC IMM B/S)
aku tak terbiasa menulis
sebenarnya. Tapi tetapi kaliini berbeda, tak mau terima, memaksaku untuk menulis.
Tulisan tak resmi, tak akademis, hanya menggambar sebuah kejujuran dari seorang
yang “kotor”, jujur pada kenyataan, Indonesia, ah tentang apasih..?. Menulisku
ini mewakili diriku saja, tak ingin mewakili yang lain, apalagi kelompok dia
dan situ mereka atau siapalah.
Tentang masa harapan, masa depan,
dan optimisme. Dibawah deru kalkulasi politik kawan dan lawan, yang sebenarnya
semuanya adalah lawan, lawan mereka bukan lawanku, sebab aku ingin berdamai
dengan semua, semua keadaan.
Ah, damai, kata yang tak populer
dan terkesan biasa yang sebenarnya cenderung mitos atau fiksilah. Aku hanya
ingin kembali menumbuhkan rindu. Rindu keadaan yang dulu. Seberat apa cobaan
mendera, aku dan bangsaku tetap menyatu. Sebenarnya ini hanya soal waktu, kata
mereka. Dan ada benarnya mungkin haha.
Sesekali aku mengajak
menyederhanakan. Tanpa perebutan kekuasaan tanpa permusuhan. Sederhana hanyalah
soal memberi orang waktu menyela, Menyela apa saja tentang situasi termasuk
tulisan tak berkelas entah masuk golongan apa ini tulisan. Dan kita senyum,
senyum selalu penuh sahabat. Aku tak ingin sungguh mukaku berkerut, melihat selaan
kamu, Sungguh aku tak ingin ribut. Aku ingin selalu memahamimu, kalian. Bahkan
aku tak ingin menyindirmu, meski hanya dalam hati.
Aku tak bersih-bersih amat.
Hatiku juga ada benci, dengki dan iri. Namun aku tak mau menjadi orang lain aku
adalah aku dan akan selamanya menjadi aku, dan kuusahakanbahwa tidak ada lawan
melainkan kawan yang tak bersahabat, sahabat ya sekali lagi sahabat .
(diskusi bersama Komisioner KPU RI)
Keadaan ini sangat tak baik. Dan
aku adalah kader terasing dan berbeda. Mestasbihkan diri sendiri dalam
bentuknya. Tanpa persetujuan siapa-siapa. Dan ini mungkin yang dikatakan oleh
kakanda/ayunda terdahulu ketika kalian tidak mau menerima realitas kamu akan
menjadi sepi dan terasingkan, jangan pernah melawan arus kamu akan tergulung,
ah Entah aku rasa aku sudah bersahabat dengan
dengan keterasingkan sepi bagiku mereka adalah sahabat ya sahabat mamen.
Aku ingin kita, kalian dan kamu semuanya menjadi sahabat.
Manis bermuka dan berhati. Tanpa tendensi.
Peduliku beda kadar dan bentuk dengan pedulimu. Namun ini
usaha kecil. Bukan UMKM.
Peduli adalah optimisku. Keadaan ini akan dan bisa membaik.
Menuju pertemanan yang bersahabat..
Sebenarnya ini masalah realita yang tak gembira, mungkin
seperti politik kita yang cenderung dramatis, oportunis yang kader kadernya
sudah tak kritis malah ribut menjatuhkan yang beda pandangan.
Dan aku sudah mulai ragu apa aku
kritis atau aku hanya bagian dari partisan dari salah satu partai yang cendrung
menyalahkan, namun biarkan aku tetap seperti ini, bersahabat dengan siapa saja
aku hanya ingin sahabat.
kondisi politik yang bersahabat,
bersahabat dengan petani, bersahabat dengan pedagang, bersahabat dengan
oposisi, bersahabat pemerintah, bersahat dengan orang orang terasing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar